NIFAL BLOG : BELAJAR DIALEKTIKA

Pengertian dialektika
            Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi dan interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran.
            Pengertian dialektika menurut Aristoteles dalam buku Cecep Sumarna (2006:132) adalah “Menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa atau putusan yang tidak pasti kebenarannya” Cecep Sumarna (2006 : 132).
            Pada dasarnya menurut K. Bertens (1989:137-138) logika dimaknai sebagai seni berdebat dan muncul pada era Zeno da Citium. (Cecep Sumarna, 2006: 131). Logika pada masa Aritoteles belum dikenal namun, logika pada masa ini sering disebut dengananalitik dan istilah lainnya adalah dialektika.
            Dialektik adalah “ theori and practice of weighing and reconciling jucta posedoe contratoctory argument for the purpose of arriving at truth, espescially throught discussion and debate”... Aristotelenism adalah “ method of arguing with probability on any given problems as an art intermediate between rhetoric and strict demonstration”. (Webster, 1993:1993 dalam Joko Suwarno.)
            Metode dialektika – dialog dari Socrates merupakan metode atau cara memahami suatu dengan melakukan dialog. Dialog berarti komunikasi dua arah, ada seseorang berbicara dan ada seseorang lain yang mendengarkan. Dalam pembicaraan yang terus menerus dan mendalam diharapkan orang dapat menyelesaikan probelem yang ada.  Ada proses pemikiran seseorang yang mengalami perkembangan karena mempertemukan ide yang satu dengan ide yang lain antara orang yang berdialog. Tujuannya mengembangkan cara berargumentasi agar posisi yang bersifat dua arah dapat diketahui dan diharapkan satu sama lain.
            Metode dialektika menurut Hegel adalah suatu metode atau cara memahami dan memecahkan persoalan atau problem berdasarkan tiga elemen yaitu tesa, antitesa dan sintesa. Tesa adalah suatu persoalan atau problem tertentu, sedangkan antitesa adalah suatu reaksi, tanggapan, ataupun komentar kritis terhadap tesa (argumen dari tesa). Dari dua elemen tersebut diharapkan akan muncul sintesa, yaitu suatu kesimpulan. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan proses berfikir yang dinamis dan memecahkan persoalan yang muncul karena adanya argumen yang kontradiktif atau berhadapan sehingga dicapai kesepakatan yang rasional (Irmayanti, M Budianto, 2002:14 dalam Joko Suwarno).
            Dialektika tumbuh dari logika formal di dalam perkembangan sejarah. Logika formal adalah sistem pengetahuan ilmiah besar pertama dari proses pemikiran. Adalah puncak karya filosofis dari Yunani Kuno, mahkota kejayaan pemikiran bangsa Yunani. Pemikir- pemikir Yunani awal membuat banyak penemuan penting tentang alam dari proses berpikir dan hasil-hasilnya. Pesintesa pemikiran Yunani, Aristoteles, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkritik, mensistematiskan hasil-hasil positif dari pemikiran tentang pikiran, dan lalu menciptakan logika formal. Euclides melakukan hal yang sama untuk geometri dasar. Archimedes untuk mekanik dasar. Ptolomeus dari Alexandria kemudian untuk astronomi dan geografi.  
            Untuk mendapat pengetahuan yang dikemukakan benar atau logis ada tiga faktor yang diperhatikan yaitu memiliki pengetahuan (menguasai masalah), mengambil keputusan (menyampaikan pikiran dengan lancar), memberi pembuktian (argumentasi atas pendapat). Ketiga faktor diatas merupakan bagian dari filsafat yang disebut logika formal atau berpikir logik. Logika formal disebut juga logika minor atau dialektika.

Dialektika materialisme
Dialektika dimulai dengan materialisme, oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk mengerti dialektika tanpa mengerti dulu pandangan materialis. Dan tidak mungkin untuk mengerti cara berfungsi suatu materi tanpa mengerti dialektika. Dan tanpa dialektika, materialisme tidak dapat menerangkan dunia realis yang tidak idealis.
Dialektika menjelaskan alam suatu materi (benda). Khususnya mempelajari fenomena akan 'pergerakan' dan 'interelasi' mereka, bukannya keterasingan dan kestatisannya. 'Pergerakan' dan 'interrelasi' (saling berhubungan) adalah dua prinsip paling general dari dialektika.
Konsep 'interelasi' adalah prinsip paling umum untuk menerangkan tentang perkembangan dan fungsi suatu materi. Bahwa sifat saling bergantungan adalah bentuk universal dari semua kenyataan. Semua yang nampak di dunia ini merupakan rangkaian dari satu materi. Misalnya, perbedaan fenomena alam atau sosial, saling bergantung dengan perbedaan alam atau masyarakatnya.
            Baru pada abad 19, seorang filsuf Jerman, Hegel, Berhasil menemukan semua hukum dasar dialektika, dengan studinya tentang Logika. Dan dipakainya untuk menyerang metode Metafisik dan kaum borjuis dan feodal.
            Metafisik dapat digunakan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat tertinggi atau terdalam (ultimate nature) dari keadaan atau kenyataan yang tampak nyata dan variatif. Melalui pengkajian dan penghayatan terhadap metafisika, manusia akan dituntun pada jalan dan penumbuhan moralitas hidup. Oleh karena itu tidak salah jika K. Bertens (1975:154) menyebut metafisika sebagai kebijaksanaan (Sophia) tertinggi (Cecep Sumarna, 2006:64-65).
            Yaitu tentang perubahan hukum kwantitatif menjadi kwalitatif, hukum kontradiksi sebagai motif prinsip untuk semua perkembangan dan hukum spiral, yang menangkap semua arah maju dari proses sejarah dunia. Menurut Engels, tentang penemuan Hegel: “untuk pertama kali di seluruh dunia, alam, sejarah, intelektual, dinyatakan sebagai proses, misalnya, seperti dalam gerakan, perubahan, transformasi, perkembangan yang konstan dan kecenderungan untuk dibuat untuk menemukan hubungan internal yang membentuk keseluruhan gerakan dan perkembangan yang berkesinambungan.” (Engels, anti-Duhring, p. 37-38) sebenarnya Hegel seorang Idealis, dan tidak pernah mengungkapkan ini secara eksplisit. Dia percaya bahwa dasar pergerakan dan interelasi adalah konsep pikiran (mind), yang pada akhirnya menjadi gerakan perkembangan alam dan masyarakat. Tapi ide ini justru akhirnya bertentangan dengan pandangan idealis. Yang pada akhirnya, dipakai oleh Marx dan Engels untuk membangun dasar metode dialektika dan fondasi materialis.
             Marx dan Engels mampu mengkritik Metode dialektis Hegel. Mereka menunjukkan bahwa hukum dialektik pertama-tama beroperasi dalam alam, termasuk masyarakat, lalu kemudian pikiran manusia sebagai refleksi akan realitas material.Engels menyimpulkan : "Tidak akan ada pertanyaan lagi tentang pembangunan hukum-hukum dialektik kedalam alam (seperti yang dilakukan Hegel), tapi adalah penemuan mereka didalam alam dan keterlibatan mereka dari alam".  Maka metode dialektis dari Marx dan Engels disebut Dialektis 'Materialis'.
            Marx berpendapat bahwa dialektika merujuk pada pertentangan, kontadiksi, anagonism, atau konflik antara tesis dengan antitesis yang kemudian melahirkan sintesis. Pandangan Karl Marx hampir sama dengan Hegel, perbedaannya bahwa proses dialektis itu terjadi bukan di dunia gagasan atau ide melainkan di dunia material.

Ciri Dialektika Material
            Perubahan Kuantitatif Ke Perubahan  Kualitatif
            Hukum umum Dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia material atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah perubahan kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau evolusioner. Kemudian meningkat ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang berlangsung dengan cepat, mendadak dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala perubahan yang terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk perubahan kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif.
            Materialisme Dialektika
            Berbarengan dengan cara pandang materialis dan pengetahuan ilmiah bergerak maju dan menjadi penting pada waktu kebangkitan kapitalisme (abad 17 dan 18). Materialisme mengambil bentuk Materialisme mekanis. Yakni bahwa alam dan masyarakat dilihat sebagai sebuah mesin raksasa dimana bagian-bagiannya bekerja secara mekanis. Pandangan ini memudahkan orang memahami bagian-bagian dari suatu hal dan bagaimana mereka bekerja, tetapi hal ini tidak mampu menjelaskan asal-usul perkembangan suatu hal.

Kegunaan dialektika
            Plato terkesan sangat idealistik dan meyakini sejatinya esksistensi berada diluar aspek fisik. Sementara bagi muridnya, Aristoteles sejatinya eksistensi itu melekat pada sesuatu yang fisik. Bagi Plato kebenaran yang ditangkap oleh pancaindera dan dibenarkan secara rasional oleh rasio, tidak lebih dari jarak sebuah bayang-bayang yang bukan saja memiliki nilai jarak dengan sejatinya kebenaran, tetapi bahkan bukan kebenaran itu sendiri. (Cecep Sumarna, 2006:11-12)
            Dialektika antara Plato dan Aristoteles, penting untuk disebut sebagai pendorong lahirnya ilmu di Yunani, sebab melalui dialektika ini, ilmu bukan saja menjadi lebih dinamis, tetapi juga dari setiap wacana dialektik, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baru. Sifat ini pula dalam perkembangannya akan melahirkan wacana keilmuan. Tinggi rendahnya dialektika keilmuan dalam suatu negara, akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemungkinan suatu negara yang dimaksud dalam melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. (Cecep Sumarna 2006:12)
“Georg Wilhelm Friederich Hegel menggunakan metode dialektis yang berupaya memahami realitas dengan mengikuti gerakan pikiran atau konsep asal berpangkal pada pemikiran yang benar sehingga pemahaman akan dibawa oleh dinamika pikiran itu sendiri” (Hakim, A.A. & Saebani, B.A. 2008: 38)
            Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya realitas mutlak atau roh mutlak atau idealisme mutlak dalam kehidupan, sangat mempengaruhi dalam memandang sejarah secara global. Hal itu terbukti saat dialektikanya mampu memasukkan pertentangan di dalam sejarah.
            Pada dasarnya dialektika digunakan untuk mencari kebenaran dalam teori Socrates maupun Aristoteles. Namun dalam perkembangannya dialektika digunakan oleh Hegel untuk menentang ajaran metafisika. Ajaran Hegel kemudian ditentang oleh Marx dan melahirkan dialektika materialisme.

Pentingnya dialektika
            Dialektika digunakan untuk mencari kebenaran melalui diskusi atau tanya jawab. Dialektika berguna sebagai pemerdalam dalam memahami masalah dan dalam pemecahan masalah.
            Dialektika menghasilkan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan penambahan-penambahan dialog. Dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari yang belum mengerti menjadi mengerti.


SHARE

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar