A. JARINGAN
PERDAGANGAN LAUT
Sejak tahun 500 SM, jaringan perdagangan
antara asia dengan laut tengah di lakukan melalui darat. Routenya mulai dari
Tiongkok, melalui Asia Tengah dan Turkestan, sampai laut tengah. Jalur ini juga
digunakan oleh khadilah dari india. Jalur darat yang paling tua ini juga sering
disebut “ jalur sutra “
Seiring perkembangan sistem navigasi
laut, jalur dagang beralih melalui laut. Bermula dari Tiongkok dan Nusantara
melalui Selat Malaka ke India, seterusnya kelaut tengah melalui dua jalur.
Pertama, Teluk Persia melalui Mesir hingga tiba di laut tengah. Kedua, Laut
merah, melalui Mesir hingga tiba di laut tengah. Jalur ini digunakan pada abad
ke-1 M.
Perubahan jalur tersebut menciptakan
peluang baru bagi aktivitas maritim dan menghindari ancaman perampok di gurun
gurun sepanjang jalur darat, menurut Burger ( 1962:14-15) disebabkan oleh 4
faktor :
1.
Permintaan
barang-barang mewah dari timursangat besar oleh orang orang kaya di Eropa,
khususnya Romawi
2.
Permintaan emas
oleh India berpindah ke daerah timur
3.
Pelayaran India
dan Tiongkok telah berkembang baik, setelah dioperasikannya angkutan laut
berukuran besar bernama Jung.
4.
Penyebaran agama
budha menghilangkan sistem kasta serta prasangka-prasangka yang selama ini
menghalangi perniagaan dengan bangsa asing.
B. CIRI PERDAGANGAN
Dua pelaku utama dalam perdagangan zaman
kuno di asia menurut van leur ( 1967 ) dan Burger ( 1962 ), ialah kaum
finansir( pemilik modal ) dan pedagang keliling ( travelling pedlars). Latar
kaum finansir adalah orang kaya, umumnya raja atau bangsawan, yang memasukkan
modalnya dalam suatu usaha. Para saudagar keliling berada dalam kontrolnya
Secara kuantitatif jumlah kaum finansir
sangat sedikit. Sebaliknya, pedagang keliling sangat banyak. Jumlah mereka
melebihi jumlah komoditi yang diperdagangkannya. Pedagang keliling, dari satu
tempat ke tempat lain, sering berganti. Namun, komoditinya tetap sama.
Pada pertengahan abad ke-1, penulis periplus of the Erythranean Sea dari
Yunani, menyebutkan adanya empat jenis kapal yang digunakan dalam perdagangan
maritim, yang disebutnya “kapal India’. Dua jenis pertama, yaitu trappaga dan katymba,berfungsi sebagai kapal pemandu. Dua kapal terakhir
berukuran lebih besar, dinamakan sangara dan
kolondiophonta.Kapal jenis sanggara terbuat dari batang pohon besar
yang di ikat menjadi satu dengan menggunakan kuk, seperti halnya kapal jenis kolondiophonta ( Dick-Read 2005 )
Pada akhir abad ke-6, teknologi kapal
China sudah sangat tinggi. Kapal perang dibangun sebanyak 5 tingkat, dengan tinggi
lebih dari 100 kaki, dan mampu mengangkut 800 orang. Meskipun demikian, pada
abad ke-5 dan ke-7, sebagian besar orang China berlayar ke Samudera Hindia
menggunakan kapal-kapal Kun-lun,
daripada kapal mereka sendiri.
Pada abad ke-8, di China telah dibangun
kapal-kapal dagang bertonase 600 ton, lebih besar dari rata-rata kapal Spanyol
yang dibuat 800 tahun kemudian. Para pelaut tinggal bersama isteri dan
anak-anak mereka dia atas kapal. Terdapat pula kebun, budak-budak perempuan,
dan pemusik. Kapal-kapal itu umumnya digunakan digunakan di sekitar pantai
China, tidak untuk pelayaran jarak jauh. Pengangkutan dari dan ke China dan
India lewat laut menggunakan kapal-kapal Indonesia ( Kun-lun ) yang disewa oleh
pedagan China, Persia, dan India.
Read-Dick membedakan perahu jenis jong dan jung, yang dikenal dalam dunia maritim Asia. Jong adalah jenis perahu tertua yang pernah digunakan oleh
pelaut-pelaut Indonesia sejak abad ke-1 dalam pelayaran dan pengangkutan barang
antarpulau, bahkan ke Laut tengah dan sebaliknya. Sementara jung adalah perahu
China, yang juga digunakan dalam pelayaran dan perdagangan.
Pada Abad ke-13, jung telah dioperasikan
untuk pelayaran jarak jauh. Kontruksinya bertiang empat, mempunyai geladak (
dek ), dan ruangan kapal disekat menjadi ruang yang kedap air, memiliki 50-60
buah kabin, dan tempat untuk 200-300 penumpang. Satu perahu dapat ditumpangi
puluhan dan bahkan ratusan pedagang keliling termasuk barang-barang daganganya
(Burger 1962:21-22)
Baik jong maupun jung, keduanya memiliki
peran sangat penting dalam pelayaran dan perdagangan maritim. Dalam periode ini
(abad ke-1 sampai ke-13), pelayaran antarpulau dan samudera dilakukan secara
musiman, mengikuti pergantian arah angin yang berhembus teratur sepanjang tahun
( muson ). Pelayaran ke arah timur memanfaatkan muson barat, dan sebaliknya ke
barat menggunakan muson timur.
D.
KERAJAAN-KERAJAAN PESISIR
Pelayaran memanfaatkan angin muson
mempengaruhi masa tunggu (berada) pada saudagar di suatu negeri. Mereka harus
menunggu, meski barang dagangannya sudah terjual, sampai angin muson berikutnya
berhembus menuju daerah tujuan.
Selain keuntungan dinamis tersebut ,
perkembangan perdaganganmaritim berpengaruh terhadap lahirnya kerajaan-kerajaan
pantai (pesisir) di sepanjang jalur pelayaran. Kerajaan-kerajaan itu tampil dan
memanfaatkan dengan baik potensi kemaritiman itu untuk membangun kekuatan
ekonomi dan politiknya.
1.
Funan
Kerajaan funan berdiri pada abad ke-1.
Lokasinya antara bassac dan teluk siam, dan bagian selatan Kamboja. Kerajaan
ini memiliki gudang dan pusat perdagangan di Oe-Eo, yang memegang peranan
penting di delta Sungai Mekong. Funan tumbuh makmur berkat perdagangan maritim.
Kerajaan ini menguasai perdagangan timur-barat dari dan ke China dan India.
Wilayah pengaruhnya sampai ke pantai-pantai Nusantara, seluruh pantai di Teluk
Siam, dan Birma Selatan(Groslier 2007:75;Read-Dick 2005:73).
Pada awal abad ke-3, raja funan mengirim
utusan-utusan ke India dan China. Kontaknya dengan China tidak pernah berhenti.
Juga hubungannya dengan India. Pengaruh India terhadap Funan cukup berkembang
pada abad ke-4 dan ke-5. Pada tahun 357, Funan diperintah oleh seorang India,
bernama Tchan-t’an. Kemudian tahun 478-514, kerajaan itu diperintah oleh Kaundinya-Jayavarma,
seorang keturunan brahmana dari India. Raja menjalin hubungan baik dengan
China, dan seorang biarawan Budha asal India bernama Nagasena, atas nama
rajanya membawa patung –patung budha buatan Funa untuk maharaja di China
Selatan.
Berkat itulah funan dapat meluaskan
pengaruh kebudayaan India ke negeri negeri kesebrang lautan, namun tak lama
kemudian funan ditaklukkan oleh Tchen-la. Kemerosotannya khusus di sektor
perdagangan yang menjadi tumpuan kemajuanya. Funan berakhir pada abad ke-6.
Setelah keruntuhannya muncul dua kekuatan baru yaitu
Pertama Cham yang menguasai vietnam tengah dan
selatan
Kedua khmer yang mengsai kamboja dan lembah Minang
2.
Koying
Pada abad ke-2 dan ke-3 ditenggara Sumatera
berkembang perdagangan alternatif yang terkemuka di kawasan laut Jawa di bawah
pengaruh Kerajaan Koying yang merupakan cikal bakal lahirnya sriwijaya. Koying
bertindak sebagai pelabuhan penghubung antara perdagangan laut Jawa India dan
Funan. Fungsi utama koying adalah terminal perahu kunlun yang mengangkut
rempah-rempah, kayu cendana dari Maluku menuju China dan India yang ditukar
dengan mutiara, eas, batu giok, kacang pistacio, kuda, dan barang pecah belah
oleh saudagar India.
3.
Kantoli
Kantoli merupakan cikal bakal lahirnya kerajaan
Sriwijaya yang juga memanfaatkan perdagangan maritim di pantai utara dan
tenggara sumatera. Pada abad ke-5 kantoli merupakan kerajaan dagang yang
terpenting di luar lingkaran Funan . kantoli perlahan mengalami kemunduran yang
disebabkan oleh dinamika politik di China Selatan yakni Kaisar Yan Jian (
penguasa Zou ) yang berupaya demi kemajuan negerinya. Kemunduran kantoli juga
disebabkan oleh letusan Gunung berapi krakatau yang terletak diantara Jawa dan
Sumatera yang menyebabkan terpisahnya pulau jawa dan Sumatera. Selain itu wabah
penyakit yang menyebar di sepanjang pantai Afrika hingga India. Penyebaran
penyakit ini terkait dengan pelayaran dan perdagangan dari negeri-negeri
tersebut hingga menjangkau masyarakat di kepulauan Nusantara termasuk Kantoli.
Gangguan keamanan dari kelompok Bajak Laut merupakan salah satu kemunduran
Kantoli hingga akhirnya riwayat politiknya berakhir pada abad ke-6
Tiga kerajaan pantai yang diatas secara geografi
berada di tengah jalan peleyaran dan perdagangan antara China dan India.
Peluang surplus dalam Zona perdagangan maritim khususnya laut China selatan,
dimanfaatkan dengan baik untuk membangun negeri ini. Kerajaan-kerajaan itu
tampil sebagai kerajaan dagang dalam proses niaga maritim, terjadi sosialisasi
budaya antara pedagang dan masyarakat kota dagang, yang mempengaruhi
perkembangan agama dan kebudayaan masyarakat Asia.
0 komentar:
Posting Komentar